Safira mengemasi barang-barangnya berpamitan pada semua teman-teman kerja, Zivanna menatap ke arah Safira, gadis itu tahu jika senyuman yang Zivanna tunjukan adalah sebuah senyuman lain membuat Safira menyadari sesuatu.
Gibran yang
baru datang dari luar kota melihat Safira membawa kotak berisi barang-barang
milik gadis itu keluar dari gedung perusahaan, Gibran menatap punggung Safira
yang semakin menjauh, lelaki itu masuk ke ruang Galih dan menampar adiknya
"Kenapa
kamu memecat Safira, kamu tidak tahu berapa banyak kemajuan yang di berikan
Safira pada perusahaan ini" Ucap Gibran dengan emosinya
Galih tidak
merasa memecat Safira namun melihat kemarahan Gibran, Galih memilih diam
menjadi pelampiasan kakaknya.
"Galih,
kamu tidak akan tahu bagaimana di posisi saya yang mencintai Safira sejak lama,
namun saya juga selalu merasa bersalah kepada Safira karena orang tuanya
meninggal setelah menyelamatkan saya" Ucap Gibran lirih, menatap nanar
adiknya sedangkan Galih masih diam, dia memang tidak tahu apapun saat kejadian
itu, karena Galih saat itu baru datang dari luar negeri namun dia pernah di
berikan sebuah gelang tangan milik anak perempuan wanita yang di tolongnya.
"Kenapa
kamu harus pecat Safira ? Kenapa kamu tidak bisa menahannya sampai saya
datang" Ucap Gibran lagi
"Aku
tidak mau menjelaskan apapun, kamu bisa melihat rekaman cctv di ruang kerja
ini, dan ini terakhir kalinya aku mengantikan kamu di perusahaan, kamu harus
bertanggung jawab penuh kepada perusahaan ini, perusahaan peninggalan
mama" imbuh Galih lalu pergi
***
Galih masuk
ke dalam lift lelaki itu memilih tidak pulang ke cafe nya, dia akan
beristirahat sebentar di Apartemen, menyandarkan kepalanya di dinding lift tak
lama Safira masuk lift, Galih menarik topi agar menutupi sebagian wajahnya dan
juga memakai masker, Safira tidak akan mengenalinya, lift mulai berjalan menuju
lantai lima.
Sebuah
panggilan masuk ke handphone Safira
"Apa
kamu kaget Safira? tanya sebuah suara yang memang sengaja Safira loudspeaker
karena dia susah menerima telepon ketika kedua tangan memegang kotak
barang-barang yang dia bawa dari kantor.
"Tentu
saja tidak, karena sudah lama aku tahu bahwa kamu mengincar posisi penanggung
jawab divisi" Balas Safira santai
"Hebat
sekali kamu bisa menebak dengan tepat" Balas suara di sebrang
"Setelah
mendapatkan posisi itu, bekerjalah dengan baik, dan terimakasih berkat dirimu
aku jadi bebas bekerja di manapun yang aku mau" Balas Safira
"Kau
yakin? Aku rasa akan sulit bagimu mencari pekerjaan, dan mendapatkan pekerjaan
di kantoran seperti sekarang" Ucap suara di sebrang
"Tidak
perlu khawatir, aku bisa bekerja di manapun yang aku mau, bukankah kau senang
karena sekarang sudah mendapatkan posisi itu, dan juga bisa dekat dengan orang
yang kau cintai" Balas Safira setengah tertawa menertawakan dirinya sendiri
yang masih bisa berbicara santai dalam hatinya padahal tengah emosi.
"Kau
tahu Safira terkadang, aku melakukan banyak hal jahat hanya karena aku terhasut
seseorang bukan cuma karena cinta ku pada nya" Ucap seseorang itu sambil
mematikan sambungan teleponnya.
Safira menatap handphonenya lama, dia tersenyum sekilas sebelum keluar dari lift dia memasukan sandi Apartemen dan masuk ke dalam sedangkan Galih yang sejak tadi mencuri dengar tersenyum misterius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar