Jumat, 23 September 2016

Silence Love - Part 7

 



         Safira mengemasi barang-barangnya berpamitan pada semua teman-teman kerja, Zivanna menatap ke arah Safira, gadis itu tahu jika senyuman yang Zivanna tunjukan adalah sebuah senyuman lain membuat Safira menyadari sesuatu.

Gibran yang baru datang dari luar kota melihat Safira membawa kotak berisi barang-barang milik gadis itu keluar dari gedung perusahaan, Gibran menatap punggung Safira yang semakin menjauh, lelaki itu masuk ke ruang Galih dan menampar adiknya

"Kenapa kamu memecat Safira, kamu tidak tahu berapa banyak kemajuan yang di berikan Safira pada perusahaan ini" Ucap Gibran dengan emosinya

Galih tidak merasa memecat Safira namun melihat kemarahan Gibran, Galih memilih diam menjadi pelampiasan kakaknya.

"Galih, kamu tidak akan tahu bagaimana di posisi saya yang mencintai Safira sejak lama, namun saya juga selalu merasa bersalah kepada Safira karena orang tuanya meninggal setelah menyelamatkan saya" Ucap Gibran lirih, menatap nanar adiknya sedangkan Galih masih diam, dia memang tidak tahu apapun saat kejadian itu, karena Galih saat itu baru datang dari luar negeri namun dia pernah di berikan sebuah gelang tangan milik anak perempuan wanita yang di tolongnya.

"Kenapa kamu harus pecat Safira ? Kenapa kamu tidak bisa menahannya sampai saya datang" Ucap Gibran  lagi

"Aku tidak mau menjelaskan apapun, kamu bisa melihat rekaman cctv di ruang kerja ini, dan ini terakhir kalinya aku mengantikan kamu di perusahaan, kamu harus bertanggung jawab penuh kepada perusahaan ini, perusahaan peninggalan mama" imbuh Galih lalu pergi

***

Galih masuk ke dalam lift lelaki itu memilih tidak pulang ke cafe nya, dia akan beristirahat sebentar di Apartemen, menyandarkan kepalanya di dinding lift tak lama Safira masuk lift, Galih menarik topi agar menutupi sebagian wajahnya dan juga memakai masker, Safira tidak akan mengenalinya, lift mulai berjalan menuju lantai lima.

Sebuah panggilan masuk ke handphone Safira

"Apa kamu kaget Safira? tanya sebuah suara yang memang sengaja Safira loudspeaker karena dia susah menerima telepon ketika kedua tangan memegang kotak barang-barang yang dia bawa dari kantor.

"Tentu saja tidak, karena sudah lama aku tahu bahwa kamu mengincar posisi penanggung jawab divisi" Balas Safira santai

"Hebat sekali kamu bisa menebak dengan tepat" Balas suara di sebrang

"Setelah mendapatkan posisi itu, bekerjalah dengan baik, dan terimakasih berkat dirimu aku jadi bebas bekerja di manapun yang aku mau" Balas Safira

"Kau yakin? Aku rasa akan sulit bagimu mencari pekerjaan, dan mendapatkan pekerjaan di kantoran seperti sekarang" Ucap suara di sebrang

"Tidak perlu khawatir, aku bisa bekerja di manapun yang aku mau, bukankah kau senang karena sekarang sudah mendapatkan posisi itu, dan juga bisa dekat dengan orang yang kau cintai" Balas Safira setengah tertawa menertawakan dirinya sendiri yang masih bisa berbicara santai dalam hatinya padahal tengah emosi.

"Kau tahu Safira terkadang, aku melakukan banyak hal jahat hanya karena aku terhasut seseorang bukan cuma karena cinta ku pada nya" Ucap seseorang itu sambil mematikan sambungan teleponnya.

Safira menatap handphonenya lama, dia tersenyum sekilas sebelum keluar dari lift dia memasukan sandi Apartemen dan masuk ke dalam sedangkan Galih yang sejak tadi mencuri dengar tersenyum misterius.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar