Safira sudah datang di Universitas tempat Faza bekerja, gadis itu membaca isi pesan yang lelaki itu kirimkan
"Kamu
langsung masuk ke Gedung C ya, di lantai empat saya ada di kelas pasca sarjana
ilmu hukum langsung masuk saja" Ucap Faza dalam pesannya.
Safira
langsung berjalan kaki ke lift menekan tombol menuju lantai empat berdiri di
depan lift seseorang juga berdiri di belakang gadis itu, tidak mengatakan
apapun, dia membiarkan Safira memainkan handphone keluar dari Lift di ikuti
oleh seseorang yang berjalan ke kelas samping kelas yang Safira masuki.
Safira
menunggu Faza selesai mengajar, kelas pasca sarjana telah usai mahasiswa
meninggalkan kelas, namun Faza memberikan isyarat pada Safira untuk membaca
pesannya, kemudian lelaki itu pergi lebih dulu.
Safira
membuka handphonenya dan membaca isi pesan Faza.
"Kamu
bisa menemui saya di ruangan saya, tadi saya lupa meminta kamu menunggu saya di
ruangan"
Safira keluar dari kelas dan ingin segera pulang,
namun seseorang menahannya.
Ini untuk ke
tiga kalinya Galih melihat kembali Safira, awalnya Galih tidak mengenal siapa
Safira kalau bukan karena kakaknya Gibran sering cerita tentang Safira. Galih
jadi tahu jika Safira adalah wanita yang dicintai kakaknya dari lama, bahkan
juga alasan kakaknya belum tertarik dengan wanita lain, Galih akui jika wanita
itu sangat cantik. Galih memang sengaja menunggu Safira untuk mengkonfirmasi
satu hal
"Apa
ada yang mau kamu bicarakan sama saya? Tanya Safira
"Apakah
kantor penerbit memberikan kelonggaran kepada karyawannya untuk memiliki dua
pekerjaan" Ucap Galih kepada Safira
"Maksud
kamu apa Galih? Safira masih tidak mengerti,
"Saya
yakin kamu sudah membaca kontrak kerjanya ketika memilih bekerja di perusahaan
penerbit" Ucap Galih
Safira
mendengus kesal, kenapa mulut lelaki itu tanpa filter namun benar
"Saya
datang ke kelas pak Faza hari ini karena ada kepentingan dengan beliau, bukan
urusan kamu" balas Safira
"Bagus
jika begitu, saya hanya memastikan jika ucapan kamu benar Safira" Bisik
Galih di telinga Safira interaksi keduanya sangat dekat membuat wajah Safira
bersemu merah, dia belum pernah berdiri dengan jarak yang sedekat ini dengan
lelaki manapun, lalu Galih pergi meninggalkan Safira yang mematung karena tidak
habis pikir dengan perkataan Galih barusan yang bisa tepat sasaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar