Safira siang itu memakai kemeja putih bergaris dan celana bahan berwarna hitam longgar, rambutnya di ikat tinggi memamerkan lehernya yang putih bersih, gadis itu melangkah menuju ruang dosen
Sampai di
depan pintu Safira membaca tulisan Faza Raharja, berkali-kali Safira check
untuk memastikan jika dia tidak salah lihat gadis itu mengetuk pintu setelah
diijinkan Safira masuk sambil menutup pintu kembali.
"Apa
ini ruangan pak Faza" Tanya Safira pada seseorang yang tengah membelakangi
Safira
Seseorang
yang saat ini duduk membelakanginya memutar kursi menatapnya sambil tersenyum
"Silahkan
duduk, kamu masuk keruangan saya ada keperluan apa?"Tanya Faza
Safira kenal
siapa lelaki yang ada di hadapannya ini, dia seniornya saat di Universitas,
namun Safira harus tetap menjaga image.
Flashback On
Pertemuan Safira dengan Faza, saat itu Safira mengembalikan dompet Faza yang tertinggal di kantin, dari sanalah mereka dekat. Safira juga sharing banyak hal dengan lelaki itu terutama tentang perkuliahan menyangkut tugas akhirnya skripsi, penjelasan lelaki itu membuat Safira cepat mengerti,
Faza adalah mahasiswa yang sedang mengurus beasiswa magister di Universitas luar negeri sedangkan Safira baru akan menyelesaikan sarjana, beasiswa magisternya hangus ketika orang tuanya meninggal.
Flashback Off
"Bu
Ratna merekomendasikan saya untuk menjadi asisten mengajar anda" Safira
mengkonfirmasi ulang.
"Saya
tahu jika Bu Ratna merekomendasikan kamu kepada saya, tapi saya menolaknya
karena saya sedang tidak membutuhkan asisten untuk mengajar," Jelas Faza
lelaki itu hanya ingin melihat keseriusan dari Safira.
"Baiklah,
kalau begitu maafkan saya pak Faza karena telah mengganggu waktu anda"
Ucap Safira tegas
"Kenapa
tidak kamu coba yakinkan saya" Ucap Faza
"Saya
rasa saya tidak perlu meyakinkan anda lagi, karena jawaban anda sudah mewakili
semuanya" balas Safira berniat pergi dari ruangan Faza, lelaki itu
menyadari bahwa Safira yang sekarang jauh lebih berani dan tenang dalam
bersikap
"Saya
menghargai keberanian kamu Safira, untuk datang kesini, namun sangat di
sayangkan bahwa kamu tidak berani untuk meyakinkan saya lebih jauh lagi"
Balas Faza mengangkat sedikit alisnya,
Faza berdiri
dari duduknya, melangkah ke dekat jendela besar yang masukan tangan di kantung
celana, Faza mengingat bagaimana hubungannya dengan Safira dulu, gadis itu
menganggap dirinya hanya sebatas senior dan teman saja tidak lebih, bahkan saat
Faza pernah bercanda dan membahas tentang pernikahan, Safira tak pernah
menanggapi dan terlihat terang-terangan gadis itu selalu menolak jika dia
membicarakan pernikahan.
Faza
terpuruk saat tahu Mamahnya menikah lagi dengan seorang duda yang memiliki anak
perempuan, saat dia akrab dengan adik tirinya itu Faza jadi tahu banyak tentang
Safira karena adik tirinya teman satu kantor dengan Safira, mereka menjadi
semakin akrab ketika saudara tiri itu membahas tujuan mereka masing-masing dan
saling bantu untuk mendapatkan keinginan mereka, adik tirinya tentu tidak
secantik Safira dan yang paling menyebalkan menurut Faza adalah sikap manja,
membuat lelaki itu jijik karena di hatinya hanya ada Safira.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar