Kinan menatap langit-langit kamarnya, yang gelap hanya lampu tidur yang menyala, dia penasaran dengan satu hal, gadis itu menyalakan laptopnya kemudian mengetik sesuatu di google pencarian tidak menemukan apapun.
Karena Kinan tidak dapat mengakses apapun tentang Gio dan keluarganya gadis itu memutuskan menyudahi pencariannya, dia tidak seharusnya mau tahu tentang urusan orang lain.
Nagaswara
menampar wajah Gio, bekas tamparan di pipi Gio sangat merah, lelaki paruh
baya itu marah atas keputusan lancang yang sudah Gio lakukan
"Berani
sekali kamu mengambil keputusan itu! dan sudah membatalkan pertunangan dengan
keluarga Magan" Ucap Nagaswara pada anaknya
"Ini
hidup aku, aku yang berhak memutuskan dengan siapa aku harus menikah, papa
tidak perlu ikut campur, lagi pula aku tidak mau menikah dengan wanita seperti
itu" Ucap Gio melemparkan foto-foto yang kemudian Nagaswara sang papah
mengambilnya, dan mengamati dengan seksama, hatinya terlanjur terbawa emosi
atas sikap seenaknya yang di lakukan Gio.
"Kalau begitu mau kamu! pergi dari rumah ini, dan tinggalkan fasilitas yang saya berikan" Ucap Nagaswara meninggikan ucapannya kepada Gio.
"Aku
sudah menyerahkan fasilitas yang selama ini papah berikan, aku tidak mengambil
apapun" Ucap Gio lalu pergi dari rumah itu
Gio pergi
mengendarai mobil miliknya yang dia dapatkan dari hasil kerja kerasnya sendiri, sebelum
kecelakaan terjadi.
Gio sudah meninggalkan dua kartu black card,
kunci mobil dan juga kunci rumah yang di berikan oleh Papahnya.
Sedangkan
Nagaswara menatap kepergian putranya sambil berbicara dengan bingkai
foto istrinya Ayunda.
"Sayang
maafkan aku, karena sudah keras pada Gio, namun aku ingin Gio mengerti
bahwa dia harus menikah usianya sudah tiga puluh empat sudah saat nya aku
menimang cucu, setelah ini siapa gadis
yang akan menerima dia karena kecacatan pada kakinya" Lirih
Nagaswara.
***
Kinan
membuka kulkasnya, tidak ada persediaan makanan apapun, gadis itu mengambil
jaket dan dompetnya berjalan kaki menuju supermarket terdekat.
Setelah
membeli sayuran, daging segar, sosis dan buah dia berniat pulang, sambil
bersenandung namun karena tidak memperhatikan jalan dia salah memilih gang,
Kinan berputar arah untuk menuju Apartemennya.
Jalanan
sudah mulai sepi, ada dua orang preman yang mendekat ke arah Kinan, menggoda
gadis itu, mencoba menyentuh wajah Kinan gadis itu berhasil menghindar dan
menonjok wajah salah satu preman membuat mereka murka dan menyerang Kinan.
Tenaganya
terkuras Kinan kewalahan, Gio yang sedang merokok menginjak Putung rokok dan
menghampiri keributan, lelaki itu membantu Kinan menghajar preman dan salah
satu dari preman itu menendang kaki Gio yang lengah, lelaki itu kesakitan,
Kinan yang melihat itu langsung mengambil balok kayu memukul para preman, dan
menggenggam erat tangan Gio mengajaknya lari.
Rasa sakit
yang menjalar di kakinya Gio abaikan, genggaman erat Kinan di tangannya
terasa hangat terasa sampai hatinya.
"Kamu
ngajak saya lari sampai ke Apartemen Kinan, bahkan jarak sejauh ini saat lari bersama kamu saya tidak berasa" Ucap Gio
"Aku mau obati kaki kakak dulu" Jelas Kinan yang sudah mengajak Gio masuk
"Duduk dulu ya ka, aku ambil obat dulu" Ucap Kinan
Gio duduk
di sofa ruang tamu, tidak ada yang berubah dari Apartemen ini hanya dapur yang
terlihat hidup karena banyak peralatan disana, Kinan pasti memakai dapur itu
setiap saat.
Rasa lelah
di badan dan pikirannya membuat Gio tertidur di sopa dengan posisi duduk.
Kinan memang
masak makan malam dulu tadi, perutnya lapar dan dia rasa tidak banyak waktu
yang di butuhkan untuk sekedar bikin cumi sambal, dan tumis kangkung, melihat
Gio yang tertidur membuat Kinan mendekati lelaki itu dia hanya ingin melihat
Bagian kaki mana yang terluka.
"Kamu
tidak perlu mengobatinya" Ucap Gio
Kinan yang
jarak wajahnya sangat dekat dengan Gio membuat gadis itu menatap tanpa
berkedip, kemudian menarik wajahnya menjauh.
"Saya
harus pulang, tidak seharusnya saya ketiduran di tempat kamu" Ucap Gio
Krueekkk...
perut Gio bersuara, memang perutnya ini tidak bisa di ajak kerja sama, dia memang belum
makan dari pulang pelatihan, pikirannya langsung pada pembatalan pertunangan
dan semuanya memang sudah selesai.
"Sebaiknya
kakak makan dulu sebelum pergi, aku udah masak sih tapi menunya sederhana"
Ucap Kinan
Gio berjalan ke arah meja makan, melihat masakan Kinan yang menggugah selera untuk
makan, Gio selalu menyukai masakan Kinan, masakan Kinan selalu enak dan nikmat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar