Selasa, 25 Maret 2014

Meet Again - Part 23

 


          Kinan menatap langit-langit kamarnya, yang gelap hanya lampu tidur yang menyala, dia penasaran dengan satu hal, gadis itu menyalakan laptopnya kemudian mengetik sesuatu di google pencarian tidak menemukan apapun.

Karena Kinan tidak dapat mengakses apapun tentang Gio dan keluarganya gadis itu memutuskan menyudahi pencariannya, dia tidak seharusnya mau tahu tentang urusan orang lain.

Nagaswara menampar wajah Gio, bekas tamparan di pipi Gio sangat merah, lelaki paruh baya itu marah atas keputusan lancang yang sudah Gio lakukan

"Berani sekali kamu mengambil keputusan itu! dan sudah membatalkan pertunangan dengan keluarga Magan" Ucap Nagaswara pada anaknya

"Ini hidup aku, aku yang berhak memutuskan dengan siapa aku harus menikah, papa tidak perlu ikut campur, lagi pula aku tidak mau menikah dengan wanita seperti itu" Ucap Gio melemparkan foto-foto yang kemudian Nagaswara sang papah mengambilnya, dan mengamati dengan seksama, hatinya terlanjur terbawa emosi atas sikap seenaknya yang di lakukan Gio.

"Kalau begitu mau kamu! pergi dari rumah ini, dan tinggalkan fasilitas yang saya berikan" Ucap Nagaswara meninggikan ucapannya kepada Gio.

"Aku sudah menyerahkan fasilitas yang selama ini papah berikan, aku tidak mengambil apapun" Ucap Gio lalu pergi dari rumah itu

Gio pergi mengendarai mobil miliknya yang dia dapatkan dari hasil kerja kerasnya sendiri, sebelum kecelakaan terjadi.

Gio  sudah meninggalkan dua kartu black card, kunci mobil dan juga kunci rumah yang di berikan oleh Papahnya.

Sedangkan Nagaswara menatap kepergian putranya sambil berbicara dengan bingkai foto istrinya Ayunda.

"Sayang maafkan aku, karena sudah keras pada Gio, namun aku ingin Gio mengerti bahwa dia harus menikah usianya sudah tiga puluh empat sudah saat nya aku menimang cucu, setelah ini siapa gadis  yang akan menerima dia karena kecacatan pada kakinya" Lirih Nagaswara.

***

Kinan membuka kulkasnya, tidak ada persediaan makanan apapun, gadis itu mengambil jaket dan dompetnya berjalan kaki menuju supermarket terdekat.

Setelah membeli sayuran, daging segar, sosis dan buah dia berniat pulang, sambil bersenandung namun karena tidak memperhatikan jalan dia salah memilih gang, Kinan berputar arah untuk menuju Apartemennya.

Jalanan sudah mulai sepi, ada dua orang preman yang mendekat ke arah Kinan, menggoda gadis itu, mencoba menyentuh wajah Kinan gadis itu berhasil menghindar dan menonjok wajah salah satu preman membuat mereka murka dan menyerang Kinan.

Tenaganya terkuras Kinan kewalahan, Gio yang sedang merokok menginjak Putung rokok dan menghampiri keributan, lelaki itu membantu Kinan menghajar preman dan salah satu dari preman itu menendang kaki Gio yang lengah, lelaki itu kesakitan, Kinan yang melihat itu langsung mengambil balok kayu memukul para preman, dan menggenggam erat tangan Gio mengajaknya lari.

Rasa sakit yang menjalar di kakinya Gio abaikan, genggaman erat Kinan di tangannya terasa hangat terasa sampai hatinya.

"Kamu ngajak saya lari sampai ke Apartemen Kinan, bahkan jarak sejauh ini saat lari bersama kamu saya tidak berasa" Ucap Gio

"Aku mau obati  kaki kakak dulu" Jelas Kinan yang sudah mengajak Gio masuk

"Duduk dulu ya ka, aku ambil obat dulu" Ucap Kinan

Gio duduk di sofa ruang tamu, tidak ada yang berubah dari Apartemen ini hanya dapur yang terlihat hidup karena banyak peralatan disana, Kinan pasti memakai dapur itu setiap saat.

Rasa lelah di badan dan pikirannya membuat Gio tertidur di sopa dengan posisi duduk.

Kinan memang masak makan malam dulu tadi, perutnya lapar dan dia rasa tidak banyak waktu yang di butuhkan untuk sekedar bikin cumi sambal, dan tumis kangkung, melihat Gio yang tertidur membuat Kinan mendekati lelaki itu dia hanya ingin melihat Bagian kaki mana yang terluka.

"Kamu tidak perlu mengobatinya" Ucap Gio

Kinan yang jarak wajahnya sangat dekat dengan Gio membuat gadis itu menatap tanpa berkedip, kemudian menarik wajahnya menjauh.

"Saya harus pulang, tidak seharusnya saya ketiduran di tempat kamu" Ucap Gio

Krueekkk...

perut Gio bersuara, memang perutnya ini tidak bisa di ajak kerja sama, dia memang belum makan dari pulang pelatihan, pikirannya langsung pada pembatalan pertunangan dan semuanya memang sudah selesai.

"Sebaiknya kakak makan dulu sebelum pergi, aku udah masak sih tapi menunya sederhana" Ucap Kinan

Gio berjalan ke arah meja makan, melihat masakan Kinan yang menggugah selera untuk makan, Gio selalu menyukai masakan Kinan, masakan Kinan selalu enak dan nikmat.



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar