Selasa, 03 Desember 2013

My Shunsine - Part 2

 


      Aleta menerima tawaran Tante Monika, untuk sarapan bersama dengan keluarganya, Tante Monika menyambut Aleta dengan penuh bahagia, karena wanita itu sangat menyukai anak perempuan apalagi cantik seperti Aleta.

"Aleta, kamu duduk saja, biar tante yang sama mbak Yun menyiapkan sarapannya"

"Biarkan Aleta membantu Tante" Ucap gadis itu tulus lalu menyusun piring di meja makan

Aleta tidak memperdulikan tatapan seorang lelaki yang usianya tidak jauh berbeda dengan dirinya, lelaki itu melangkah menuruni tangga.

"Arion, sarapan bersama, sekalian mama kenalin kamu sama Aleta"Ujar Tante Monika memanggil putranya,

Lelaki itu hanya menatap Aleta sekilas, tatapan kebencian dari sorot matanya, Aleta tahu jika lelaki itu adalah orang yang sama di lapangan basket yang dilihatnya, Aleta hanya orang asing yang ikut sarapan, sangat wajar jika lelaki itu tidak menyukainya.

"Aku sarapan di Kampus saja Ma, aku tak terbiasa satu meja dengan orang asing" Balas Arion berlalu.

"Aleta jangan pedulikan ucapan Arion, lanjutkan sarapan kamu" Ucap Tante Monika

Sejak orang tuanya bercerai Arion berubah jadi dingin, tidak peduli dan terkesan masa bodoh, tapi dia akan berubah menjadi ramah, baik hati dan menyenangkan jika di hadapan temannya lelaki itu tipe pemilih dengan mood yang tak menentu.

***

Aleta menatap seseorang yang juga menatapnya tajam, sejak tadi pagi sebelum dia berangkat dan saat Aleta sampai di Kampus pun tatapan kebencian itu semakin bertambah kepada Aleta.

Aleta berusaha mengabaikan itu, dia berjalan ke ruang ganti pakaian karate, setelah berganti pakaian Aleta keluar dari ruang ganti menuju ruangan yang sudah di siapkan untuk latihan karate, mengikat ikat pinggang berwarna kuning menandakan bahwa tingkatan karate Aleta di bawah Arion yang saat ini mengenakan sabuk coklat.

Aleta menghela nafas berat, Aleta berharap lawannya juga perempuan, namun melihat peserta perempuan yang sedikit dia tidak berharap banyak.

Terdapat sekitar lima belas orang, dan semuanya sudah punya pasangan latihan, kecuali Aleta. Gadis itu tak ambil pusing dia latihan sendiripun tak masalah.

"Sepertinya kita perlu bicara" Ujar Arion setelah menatap Aleta cukup lama,

"Baik, "Jawab Aleta.

"Menjauh lah dariku Aleta" Ujar Arion setengah membentak

"Maksudnya" Aleta benar-benar tak paham, yang di maksud menjauh oleh Arion, seingat Aleta tak pernah menempel pada lelaki itu.

"Apa kau tak mengerti maksud ku Aleta?! Jika kau masih tak mengerti setelah ku peringatkan, maka jangan salahkan aku jika detik ini juga membuat hidup mu sulit " Kata Arion berlalu.

Aleta masih memikirkan ucapan lelaki itu, sampai pelatih menyebut namanya, untuk bertanding dengan Arion,

"Kebetulan yang tak terduga bukan ?! Ucap Arion tandas tersenyum mengejek, jelas Arion tahu jika kemampuan bela diri Aleta takan bisa mengalahkan dirinya, ini kesempatan untuk Arion membuat gadis itu tumbang.

Arion dan Aleta sudah memasang kuda-kuda, tak ada yang menyerang duluan, sampai akhirnya Arion menyerang lebih dulu Aleta menghindar gerakan cepat gadis itu bisa menghindar setiap serangan yang Arion berikan.

"Tak ku sangka kau cepat juga menghindar"Ucap Arion.

Aleta diam saja, gadis itu menyerang Arion, dapat dengan mudah lelaki itu menghindar serangan Aleta

Bugg !

Aleta meninju wajah Arion, menyebabkan sudut bibir lelaki itu berdarah, serangan celah kosong yang di manfaatkan Aleta cukup baik. Arion kembali fokus dia harus membalas perempuan yang berani melukai wajahnya.

Bugg !

Arion berhasil mengenai bahu Aleta membuat gadis itu limbung, mundur beberapa langkah, Arion tersenyum mengejek, serangan membabi buta menghampiri Aleta, sampai dia terbanting beberapa kali oleh Arion, mengunci tangan Aleta dan gadis itu menyerah, kuncian yang dilakukan Arion terhadap Aleta cukup sakit.

Latihan kali ini Arion yang memimpin dengan skor tinggi, Aleta protes lawannya tak seimbang, namun dia acuhkan, tangannya terkilir, luka memar di bahunya terasa perih dan cukup membuat tangannya ngilu luar biasa. Arion masih menatap Aleta tajam, seringainya masih terpatri kuat di wajah tampan lelaki itu. 

 

Tingkatan sabuk karate :

1. Sabuk putih (Shirobi)

Sabuk putih merupakan tingkatan paling dasar dari bela diri karate.

2. Sabuk kuning (Korosi)

Sabuk kuning merupakan tingkatan kedua dalam beladiri karate. Dalam tingkatan sabuk karate, warna kuning melambangkan warna matahari.

3. Sabuk hijau (Modoriobi)

Tingkat sabuk hijau merupakan tingkatan karate yang sudah mempelajari tehnik-tehnik yang rumit dan membutuhkan konsentrasi tinggi.

4. Sabuk Biru (Aiobi)

Warna biru pada sabuk karate ini menggambarkan samudra dan langit, sudah harus berani menghadapi segala tantangan dan rintangan untuk mengeksplor lagi skill yang dimiliki.

5. Sabuk Coklat (Chaobi)

Seorang karateka yang sudah berda pada tingkatan ini, dari tingkatan kyu 2 sampai kyu 1 harus mampu memberikan kestabilan sikap dibanding dengan pemegang sabuk yang ada di bawahnya, serta harus mampu melindungi junior-juniornya.

6. Sabuk Hitam (Kuroobi/DAN)

Warna hitam yang menjadi warna untuk tingkatan sabuk karate tertinggi melambangkan keteguhan dan sikap percaya diri didasari oleh nilai kebaikan yang universal.

Pemegang sabuk hitam mulai dari Dan 1 sampai seterusnya, sebenarnya baru memasuki tahap awal untuk mendalami bela diri karate yang lebih dalam. Teknik dan makna hakiki dari kebaikan karate harus benar-benar dikuasa oleh karatekan yang memegang sabuk ini.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar