Senin, 16 Desember 2013

My Shunsine - Part 13

 


       Arion masuk ke dalam kamarnya menatap langit-langit kamar menyentuh dadanya yang terasa sesak, kenapa dia bisa merasakan sakit di bagian dadanya.

Selama ini Arion tidak pernah merasakannya, apa karena tadi siang melihat Aleta bersama lelaki yang dia tidak tau siapa, kenapa dia harus seperti ini, Aleta hanya teman bagi Arion begitupun sebaliknya, namun hati Arion menginginkan yang lain.

Apa dia jatuh cinta pada gadis itu? Ayolah Arion menepis pemikiran itu, tidak mungkin dia menyukai Aleta, namun hatinya mengatakan sebaliknya.

***

Aleta meneguk habis secangkir capucino buatannya, sama sekali tidak mengantuk setelah mencari tahu berbagai info orang untuk membantunya menyelesaikan hutang piutang Ibu angkatnya,  setelah lama mencari Aleta menemukan nama Demian beserta alamat kantornya, gadis itu sudah membuat janji dengan skretaris Demian untuk bertemu besok. 

Aleta memakai gaun selutut melangkah menuju ruangan Demian di lantai empat. ruang kerja Demian di dominasi oleh kaca besar yang bisa dilihat dari luar terdapat sekertaris Demian yang posisi mereka sangat dekat wanita yang memakai make up tebal dan pakaian seksi itu berdiri di samping Demian, Aleta masih memperhatikan saja, dia juga sempat melihat Demian yang risih, tapi Aleta tidak peduli dengan pemandangan itu setelah mengetuk pintu kaca ruang kerja Demian dan dipersilahkan masuk, Aleta menunggu di sofa.

"Saya sudah selesai, kamu bisa keluar Sila" Usir Demian, membuat sekretarisnya itu kesal, dia masih ingin lama di ruangan ini bersama Demian.

"Ada urusan apa kamu menemui saya? Tanya Demian, seingatnya Aleta tidak memiliki sangkutan nilai dengannya dan Demian sudah lama berhenti menjadi dosen pengganti. 

"Saya sudah membuat janji dan kedatangan saya ke sini ingin meminta bantuan pak Demian terkait ini "Ucap Aleta meletakan dokumen di atas meja dihadapannya.

Demian duduk  di hadapan Aleta setelah melepas jasnya, meletakan dua gelas minum di depan Aleta, dia sudah tahu perihal masalah Aleta lewat cctv rumah gadis itu, hanya saja dia tidak menduga  jika Aleta menemuinya seperti ini dan penampilan gadis itu sangat cantik dengan gaun selutut.

Demian membaca dokumen yang diberikan Aleta, Demian tidak heran jika hutang Farah banyak, gaya hidup wanita itu tidak pernah berubah, tapi Demian tidak habis pikir kenapa Farah membebankan hutangnya pada Aleta. 

"Apakah sebelum Farah meninggal dia meminta kamu tanda tangan tanpa memberitahu" Tanya Demian

Aleta hanya mengangguk singkat, membenarkan pernyataan Demian barusan.

"Apa kamu sanggup membayar hutang Farah? Tanya Demian lagi, ada nada khawatir yang kentara dari suara Demian.

"Uang peninggalan orang tua saya cukup untuk melunasinya "Ucap Aleta.

"Aleta apa kamu yakin menggunakan uang peninggalan orang tua kamu, bagaimana dengan biaya hidup kamu kedepannya" Tanya Demian.

"Saya akan pikirkan nanti, tentang biaya hidup saya" Ucap Aleta menyerahkan kartu kredit peninggalan orangtuanya dan meminta bantuan Demian untuk mengurusnya.

"Baiklah " Balas Demian

Lelaki itu menuju meja kerjanya mengetik sesuatu diatas keyboard komputernya, dan berbicara lewat telepon dengan nada yang tegas dan terkesan dingin.

"Masalah kamu sudah selesai, kamu bisa keluar dari ruangan  saya sibuk" Ucap Demian

Aleta sedikit terkesiap atas sikap lelaki di depannya itu, dia tak habis pikir dimana sikap Demian  yang lembut tadi, Aleta keluar dari ruangan Demian lalu tangannya di tarik paksa oleh seseorang

"Anak kecil seperti mu tidak pantas mendekati pak Demian apalagi mendapatkannya hanya aku yang pantas" Ucap Sila

"Apa maksud ucapan mu?" Tanya Aleta

"Masih tak mengerti juga?" Tanya Sila

Sila menjambak rambut Aleta, tak mau kalah Aleta juga menarik rambut Sila, menginjak kakinya dengan wedges yang di pakai Aleta berhasil melepaskan cengkraman kuat tangan Sila di rambut Aleta, tak habis akal Sila menarik gaun selutut Aleta membuat paha gadis itu terbuka karena gaunnya sobek. Sila ingin membenturkan kepala Aleta ke tembok namun tangan Aleta mencekik Sila dengan kencang membuat Sila kesulitan bernapas dan melepaskan cengkraman di kepala Aleta.

"Kita bisa berbicara baik-baik tanpa adanya kekerasan seperti ini" Ujar Aleta memberikan solusi.

"Kamu jangan pernah mendekati pak Demian" Ucap Sila tercekat menahan sakit lehernya

"Baiklah, lagi pula urusan saya sudah selesai di tempat ini" Balas Aleta berjalan meninggalkan Sila.

***

Sepulang mengantar arisan mamanya, Arion melihat Aleta duduk di kursi Cafe melawan ragu untuk berani menyuarakan isi hatinya, mengabaikan temannya Devan yang lelaki itu pun sama seperti dirinya tertarik pada Aleta.

Setelah menerima telepon dari seseorang Aleta melangkah keluar cafe  dan langsung masuk ke dalam mobil, Aleta malu karena pakaiannya sobek.

Melihat hal itu, dengan sigap Arion melepas kemeja denin untuk menutupi paha Aleta, Arion hanya memakai kaos lengan pendek berwarna putih. Arion seorang lelaki yang jelas akan tergoda jika membiarkan begitu saja paha terbuka Aleta tanpa penghalang.

"Terimakasih "Ucap Aleta,

"Apa yang terjadi dengan pakaian mu? Tanya Arion

"Nyangkut" Balas Aleta

Ucapan Aleta barusan tidak di percayai Arion insting lelakinya bekerja. Untuk kasus seperti ini Arion tahu jika Aleta menyembunyikan sesuatu sepertinya gadis itu keberatan membahasnya.

"Bisakah menepi aku ingin membeli pakaian ganti "Ucap Aleta

"Baik, kita berhenti di depan sana, biar aku yang membelikan kamu tunggu di mobil" Balas Arion dan di setujui Aleta.

Arion mengambil satu setel pakaian dan meminta Aleta menggantinya, di dalam mobil, lelaki itu berdiri di luar menunggu Aleta selesai berganti.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar