Rabu, 14 September 2016

Silence Love - Part 1

 

          

                     Safira menatap lelaki yang berbicara di depannya itu lelaki yang usianya dua tahun di bawah dirinya, Galih adalah adiknya Gibran.

"Saya permisi dulu, seseorang sudah menunggu kamu Safira" Ucap Galih berlalu dari hadapan Safira, lelaki itu sedikit terpana dengan penampilan Safira yang sekarang

Safira melihat Gibran lelaki itu tersenyum kepada Safira melambaikan tangan agar Safira menuju kearahnya, ke arah meja yang berada tepat di luar cafe

Safira melangkah duduk di hadapan Gibran

"Apa kabar Safira sudah lama sekali kita tidak bertemu" Sapa lelaki itu ramah

"Baik" Balas gadis itu tanpa minat

"Maaf jika saya mendadak menemui kamu, telepon saya tidak pernah terjawab sekalipun, ada yang mau saya bicarakan Safira..."  Gibran sedikit ragu melanjutkan ucapannya ketika menatap wajah tak bersahabat milik Safira

Gibran adalah teman satu kelas Safira saat SMA,  walaupun mereka satu kelas Safira tidak pernah dekat dengan Gibran, karena saat SMA Gibran ketua OSIS, sedangkan Safira siswa yang selesai sekolah langsung pulang.

"Saya sudah tidak mau membahas apapun lagi tentang kedua orang tua saya, saya sudah ikhlas, lagi pula mereka sudah tidak ada"Balas Safira

"Safira, tapi karena insiden itu membuat saya merasa bers...... " Lirih Gibran

"Orang tua saya sudah meninggal, saya yakin mereka akan bahagia melihat anak bosnya yang mereka selamatkan hidup dengan baik " Balas Safira  lagi, dari tatapan Safira Gibran tahu jika itu tatapan kesedihan yang mendalam, Gibran tidak mau melanjutkan pembicaraan.

Gibran mengurungkan niatnya untuk memberikan kompensasi atau bantuan apapun bentuknya kepada gadis itu, Safira sudah menunjukan sikap penolakan terhadap dirinya, namun Gibran berjanji pada dirinya jika dia akan melindungi gadis itu sebagai pengganti orang tua Safira.

Safira masih diam, menutup rapat bibirnya. tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut gadis itu.

Gibran melihat jam tangannya sudah menunjukan pukul 20:30 Wib, dia tahu jika Safira harus pulang.

"Sudah makan belum" tanya Gibran mengalihkan suasana yang canggung

"Saya sudah makan " Balas Safira singkat

"Kalau begitu ayo pulang saya antar" Ujar Gibran menyalakan mobilnya, Safira menolak.

"Tidak perlu, saya bisa pulang sendiri" ujar Safira

Gibran membiarkan Safira pulang sendiri dengan jarak agak jauh lelaki itu juga mengikuti Safira dengan mobilnya, untuk memastikan gadis itu baik-baik saja.

***

Safira menghirup udara di balkon Apartemennya, udara malam ini sangat dingin, sambil menatap langit yang gelap tanpa bintang, dengan secangkir kopi yang masih mengepul, Safira menyandarkan punggungnya di kursi.

Yang memiliki balkon hanya Apartemen Safira dan pemilik Apartemen mereka yang Safira sendiri juga tidak tahu siapa pemiliknya, ada pembatas di antara balkon mereka juga ada pintu penghubung diantara keduanya.

Safira tengah duduk menggunakan piyama, rambutnya di Cepol tinggi memamerkan leher putih jenjangnya, gadis itu menerima panggilan telepon.

"Aku tidak mau menggantikan kamu kencan buta Zivanna" tolak Safira

"Please! Safira aku mohon bantu aku, janji ini yang terakhir kalinya" ujar Zivanna mengiba.

"Pokoknya ini yang terakhir kalinya Zivanna ingat kamu harus membayar dua kali lipat atas permintaan ini" ujar Safira tengah mengancam, Safira ingin Zivanna kapok memintanya mengantikan kencan

"Tenang saja aku baru saja mengirimkan bukti transferannya padamu, Safira aku serahkan pada mu masalah ini, aku percaya kamu tidak pernah gagal dalam mengatasinya" Ucap Zivanna mematikan teleponnya, sedangkan Safira menatap handphonenya kesal.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar