Selasa, 11 Februari 2014

Blood Lover - Part 9

 


        Nikolas menatap surat pengunduran diri milik Liana, gadis itu sudah mengundurkan diri sebelum dia menyetujuinya, Liana memilih bergabung di Biotekno, diluar keahlian Liana.

Lelaki itu melakukan panggilan kepada seseorang, dia ingin terus mengawasi Liana. panggilannya terhubung.

"Apa Liana bekerja dengan mu? tanya Nikolas                

"kenapa kau menanyakan gadis itu, apa kau mengenalnya? tanya Agas balik

"Dia karyawan ku, yang baru saja mengundurkan diri, awasi gadis itu untukku" perintah Nikolas

"Alasannya? Tanya seseorang itu

"Lakukan saja itu untukku" Perintah Nikolas

"aku tidak mau, bukankah kau yang membuat dia keluar dari tempat itu dan mengacau di Lab ku" Balas Seseorang

Nikolas diam terperangah mendengar perkataan kasar dari temannya, kenapa dia jadi kena marah, lalu Nikolas mematikan teleponnya.

***

Ana masih memeluk Liana, lalu melepaskan dan mengatakan sesuatu yang membuat Liana tersenyum, dia baru pertama kalinya menemukan orang seperti Ana, yang menyenangkan.

"Kamu Lolos Liana, aku sangat yakin" Ucap Ana tulus

"Aku belum tahu, tersisa sepuluh menit sebelum hasilnya keluar" Balas Liana, gadis itu suka dengan antusias Ana.

Agas menatap Abrisam dan lelaki itu masuk ke Lab menghampiri Agas, melihat hasil kerja Liana, gadis itu memenuhi kriteria lulus dan Abrisam hanya tersenyum, sepertinya Agas telah mendapatkan patner yang sepadan.

"Apa kau tidak keberatan jika berpartner dengan dia, bukankah kau sangat tidak menyukainya?  Tanya Abrisam hati-hati dia sangat tahu betul bagaimana karakter Agas.

"Aku akan profesional jika urusan pekerjaan" Balas Agas

"Termasuk menolak permintaan Nikolas untuk mengawasi Liana dan dia memintaku, tapi kenapa Nikolas mengawasi Liana, apakah gadis itu memiliki hutang" Keluh Abrisam.

"Aku menolak terlibat urusan Nikolas apapun alasannya, karena aku tahu akan ada yang mau melakukannya selain aku" Canda Agas

"Aku juga tidak mau melakukannya sudah cukup kesulitan memiliki pacar seperti adiknya yang egois dan aku sering melihatnya bersama lelaki lain" Keluh Abrisam

"Aku yakin kau cukup pandai untuk menyelesaikan masalahmu sendiri Abrisam, saatnya memberi tahu gadis itu untuk hasilnya" Balas Agas menyentuh bahu Abrisam pelan lali keluar ruangan.

***

Agas memberi tahu hasil praktikum Liana, dan malam itu mereka makan malam bersama team termasuk Abrisam ikut hadir di sana, mereka tidak sempat reservasi tempat mewah karena itu makan malam kali ini biasa saja, hanya menyewa bagian retroof dari sebuah restauran menengah  untuk mereka,  malam yang dihiasi bintang dan kendaraan yang berlalu lalang di bawah sana.

Makanan sudah habis, sepertinya mereka lapar, melihat makanan tidak ada yang tersisa, ngobrol santai saja membahas rencana pemasaran tentang produk baru, yang sebentar lagi launching.

Seseorang menatap Liana dari kejauhan sudah di penuhi oleh amarah yang membuncah, entah kenapa kepalanya hanya dapat melihat Liana bersama kekasihnya, padahal jelas sekali di meja besar itu banyak sekali orang.

"Lancang sekali kau mendekati pacarku Liana, seperti tidak ada lelaki lain saja" Ucapnya lantang lalu menghampiri Liana dan mengangkat tangan kanannya untuk menampar gadis itu, Liana dengan cepat dapat mencegahnya, menahan tangan Kiara dengan kencang membuat gadis itu kesulitan melepaskan dari cengkraman Liana, dengan santai Liana melepaskannya.

"Kiara apa kamu tidak bisa melihat jika disini banyak sekali orang tidak hanya ada aku "Jelas Liana dan ucapan Liana benar Kiara menatap teman-teman yang duduk bersama Liana.

"Sepertinya kita tidak perlu berteman lagi Liana, kamu cukup tidak tahu diri untuk menjadi temanku" Balas Kiara

"Baiklah jika itu yang kamu mau, kamu bisa duduk di sampingku Kiara, untuk berbicara secara baik-baik, tidak perlu berteriak" Ujar Liana masih dengan nada bicara lembutnya

"Tidak perlu ! pantas saja kau dikeluarkan dari rumah sakit Liana karena keahlian mu memang untuk merebut pacar orang lain" Ujar Kiara.

"Begitu ya, padahal aku yang keluar sendiri dari tempat itu, bukan di keluarkan dan untuk panggilan merebut pacar orang lain itu sepertinya tidak tepat jika untuk ku karena sampai saat ini pun aku belum pernah pacaran, ada yang lebih pantas untuk panggilan itu di bandingkan aku? Balas Liana santai yang semakin membuat Kiara kesal.

"Gadis tidak tahu diri seperti kamu Liana layak mati! Ucap Kiara menarik pisau di meja mengarahkan ke Liana dan Abrisam tidak tahan dengan kelakuan Kiara lelaki itu mengambil pisau dari tangan Kiara menyimpannya kembali kemudian menarik tangan Kiara untuk menjauh dari teman-temannya, mereka bicara berdua saja.

Liana diam menatap kepergian Kiara dan Abrisam, teman-teman yang melihat kejadian barusan juga masih diam mencoba mencerna apa yang terjadi. Kemudian Edwin mengubah suasana menjadi cair kembali, inisiatif lelaki itu untuk membahas jadwal kerja untuk Liana bisa mengalihkan kejadian tadi.

Acara makan malam sudah selesai, mereka pulang ke tempatnya masing-masing, Ana karena ada urusan gadis itu pulang lebih dulu, di susul Edwin, hanya tersisa Agas dan Liana.

Liana merasakan pasti akan ada sesuatu dengan motornya jika sudah berurusan dengan Kiara, karena Liana tahu betul bagaimana kekanakannya gadis itu,  kenapa harus malam ini bagaimana dia pulang.

"Apa kamu masih mau disini" Tanya Agas, lelaki itu memperhatikan wajah Liana yang terlihat seperti khawatir

"saya akan pulang, sebentar lagi" Balas Liana, Agas turun lebih dulu semenit kemudian Liana juga turun, sampai di parkiran dugaannya benar, Liana melihat jam tangannya menunjukan pukul sebelas malam dan tempat makan ini sudah jarang dilalui kendaraan di jam segini.

Agas baru menuju parkiran setelah tadi membayar bill nya, lelaki itu masuk ke dalam mobil melihat Liana yang berdiri di depan motornya yang mengenaskan, motor gadis itu sudah tidak bisa di pakai seseorang benar-benar menghancurkan tidak tersisa., Agas melajukan mobilnya menuju tempat dimana Liana berdiri menawari gadis itu tumpangan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar