Setelah mengetuk pintu, Safira masuk ke dalam ruangan Faza, Safira tersenyum ramah, mengedarkan pandangan ke seisi ruangan mencari keberadaan Zivanna, hebat juga wanita itu bisa cepat kabur ucap Safira dalam hatinya, Faza menatap terpesona.
"Kamu
datang kesini tidak mengabari saya dulu" Tanya Faza
"Saya
tadi kebetulan lewat daerah sini jadi sekalian saja mampir ke sini dan mau
membahas tentang pekerjaan yang pernah pak Faza tawarkan kepada saya" Ucap
Safira ramah
"Lalu
bagaimana, apa kamu sudah ada keputusan? Tanya Faza lagi
"Keputusan
saya tidak bisa menerima pekerjaan tersebut karena saya tidak berbakat dalam
mengajar" Balas Safira setengah merendah
"Saya
bisa mengajari kamu Safira"
"Mohon
maaf pak saya tidak bisa menerimanya" Balas Safira
"Apa
karena gaji yang saya berikan kecil, atau
kamu punya pekerjaan lain? Bukanya kamu baru saja di berhentikan"
Tanya Faza niat hati ingin mengorek informasi dari Safira malah keceplosan
sendiri.
"Pak
Faza ini seperti cenayang saja, selalu tahu apa yang saya lakukan, tapi
keputusan saya tetap menolaknya pak, alasannya karena saya punya pekerjaan
lain" Balas Safira setengah berbohong, sejujurnya dia gak punya pekerjaan
lain Safira jelas pengangguran sekarang namun gadis itu tidak mau bergabung
dengan Faza.
"Saya
rasa keperluan saya sudah selesai dengan pak Faza, terimakasih atas tawaran
pekerjaan nya, saya permisi dulu" Ujar Safira berdiri dari duduknya.
"Safira....
" panggil Faza sambil menahan tangan gadis itu agar tidak pergi.
"Maaf
pak, saya permisi dulu" Ujar Safira melepaskan tangan Faza dan pergi
menjauh dari lelaki itu, Faza hanya menatap punggung Safira ada kekecewaan di
hatinya.
Zivanna
keluar dari dalam toilet duduk dekat dengan Faza, gadis itu tahu ada yang tidak
beres dengan ekspresi yang Faza tunjukan. ketika Faza banyak diam berarti sudah
terjadi sesuatu.
"Aku
tidak tahu jika Safira akan datang, dia tidak melihat aku kan?" Tanya
Zivanna
"Sebaiknya
kamu kembali ke kantor, jangan sampai Gibran curiga dengan gerak-gerik kamu
Zivanna, ingat jika kamu sampai di keluarkan dari perusahaan mereka kamu akan
tahu akibatnya" Ujar Faza setengah mengancam adik tirinya itu agar pergi
dari ruangan, entah kenapa hatinya menjadi tidak tenang, apa mungkin Safira
melihatnya bersama Zivanna, atau lebih tepatnya melihat Zivanna menciumnya.
***
Gibran mengumpulkan Dewan direksi perusahaan sebuah
pesan masuk ke dalam handphonenya, membuat lelaki itu tersenyum menyeringai.
Zivanna
menemui Gibran mengobrol banyak dengan lelaki itu, ada pertukaran negosiasi
diantara mereka berdua dengan jaminan Zivanna bisa menyerahkan karya terbaru
miliknya dan mengembalikan kerugian perusahaan.
Gibran
menyetujuinya, dengan kurun waktu satu bulan gadis itu harus sudah
menyelesaikan satu karya miliknya, jika
tidak dapat menyelesaikan dalam waktu yang di tentukan kesepakatan batal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar